SUBJEK : I. Testing Bahan
TOPIK : 1. Berat Jenis Semen
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Maksud dari pengujian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme dari pengerjaan berat jenis semen
b. Tujuan
Ø Mengetahui cara dan langkah melakukan pengujian berat jenis semen
Ø Mengetahui berapa besar berat jenis semen
Ø Mengetahui nilai toleransi yang digunakan dalam melakukan pengujian berat jenis semen di dua wadah yang berbeda.
II. Peralatan dan Bahan
Peralatan :
· Tabung Le Chatiler
· Kawat
Bahan :
· Semen = 64 gram
· Minyak Tanah
III. Prosedur Pelaksanaan
- Siapkan Alat dan Bahan
- Masukkan minyak tanah secara perlahan kedalam botol Chatelir sampai pada skala 1,00
- Lalu masukkan semen 64 gram secara perlahan kedalam gelas ukur.
- Miringkam gelas ukur sehingga gelembungnya menghilang
- Lakukan hal di atas pada gelas ukur selanjutnya
IV. Data-Data Hasil Perhitungan
I. Berat Semen / ( V2 – skala 1 ) II. Berat Semen / ( V2 – skala 1)
= 64 / (22,7 – 1) = 64 / (22.6 – 1)
= 2.95 = 2.96
V. Kesimpulan
o Berat jenis semen Portland berkisar antara 3,00 – 3,20
o Dalam melakukan pengujian berat jenis semen di dua wadah memiliki toleransi 0,01
VI. Referensi
1. BS 812 : Part 3 : 1975
SUBJEK : I. Testing Bahan
TOPIK : 2. Konsistensi semen dan waktu ikat semen
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Untuk Mengetahui atau memeriksa masih memenuhi syarat atau tidak, serta dapat melakukan prosedur pengujian.
b. Tujuan
Ø Memahami langkah dan tata cara melakukan pengujian Konsistensi semen
Ø Memahami bagaimana pengaruh air terhadap konsistensi semen
Ø Mengetahui nilai konsistensi normal semen Portland
Ø Mengetahui waktu ikat semen
II. Peralatan dan Bahan
Peralatan :
· Cincin konik, alat vicat
· Mesin pengaduk
· Spatula
· Stopwatch
· Gelas ukur
Bahan :
· Semen = 500 gram
· Air = 25 % dari berat semen
III. Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan Alat dan bahan
2. Masukkan semen diamkan selama 30 detik
3. Masukkan air sebanyak 25 % dari Semen PC
4. Campurkan air dan semen lalu aduk dengan mixer selama 30 detik dengan kecepatan (140 ± 5) rpm
5. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik
6. Jalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan
7. Angkat Pasta semen dan gumpalkan ditangan (285 ± 10) rpm selama 1 menit
8. Bentuklah pasta semen dengan tangan seperti bola, lalu lemparkan dari kanan satu ke tangan lainnya sebanyak 6 kali dengan jarak ± 15 cm
9. Masukkan kedalam lobang konik kemudian ratakan dengan spatula
10. Letakkan cincin konik dibawah alat vicat dan jatuhkan alat pengukur serta catat penurunnya selama 30 detik (untuk konsistensi semen)
11. Selanjutnya ujung alat vicat ganti dengan jarum kemudian jatuhkan dengan interval waktu 15 menit
12. Untuk menghindari pengerasan lebih cepat setelah jarum di bawah usuran 25 mm lakukan interval waktu penurunan menjadi 5 menit, kemudian catat hasilnya.
IV. Data-Data Hasil Perhitungan
Konsistensi semen didapatkan nilai 9
Waktu ikat semen
Nomor Pengamatan Penurunan | Waktu Penurunan (menit) | Penurunan (mm) | total waktu | |
1 | 30 | 41 | 30 | |
2 | 15 | 37 | 45 | |
3 | 15 | 30 | 60 | |
4 | 15 | 27 | 75 | |
5 | 15 | 21 | 90 | |
6 | 15 | 16.5 | 105 | |
7 | 15 | 4.5 | 120 | |
8 | 5 | 4 | 125 | |
9 | 5 | 4 | 130 | |
10 | 5 | 3.5 | 135 | |
11 | 5 | 3 | 140 | |
12 | 5 | 3 | 145 | |
13 | 5 | 3 | 150 | |
14 | 5 | 1 | 155 | |
15 | 5 | 1 | 160 | |
16 | 5 | 1 | 165 | |
17 | 5 | 1 | 170 | |
18 | 5 | 0 | 175 |
VI. Kesimpulan
o Pada saat pengujian dengan semen merk Batu Raja type I, waktu pengikat awal yaitu 80 menit
o Waktu ikat normal semen adalah kurang lebih 3 jam. Jika semen lebih dari 8 jam baru mengikat, maka semen tersebut sudah tidak layak lagi
o Nilai konsistensi semen 10 ± 1
o Air sangat berpengaruh terhadap konsistensi semen
VII. Referensi
SNI 15-2049-1994
SUBJEK : I. Testing Bahan
TOPIK : 3. Kuat Tekan Mortar
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Untuk Mengetahui atau memeriksa masih memenuhi syarat atau tidak, serta dapat melakukan prosedur pengujian.
b. Tujuan
o Mengetahui cara melakukan pengujian kuat tekan mortar
o Mengetahui bagaimana kuat tekan mortar dengan komposisi yang direncanakan
II. Teori Dasar
Mortar merupakan salah satu komponen yang mempunyai prioritas penggunaan dalam bidang konstruksi, walaupun tidak utama akan tetapi pengerjaan mortar harus dilakukan secara teliti terutama perbandingan dan pemilihan bahan dari campuran mortar tersebut. Kesalahan dalam menentukan kuantitas dari bahan-bahan penyusun mortar terutama jumlah air yang dipakai dan jenis pasir yang digunakan akan mengakibatkan minimnya pencapaian tujuan yang diharapkan dan bahkan akan merusak sifat-sifat mortar secara konstruksi, oleh karena itu perlu dilakukan percobaan untuk meyakinkan bahwa bahan yang dipakai dan perbandingan kuantitas dari bahan-bahan penyusun mortar akan memperbaiki dan atau merubah sifat-sifat mortar dengan tujuan tertentu dalam suatu konstruksi tertentu. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi faktor air semen (FAS) dan jenis gradasi pasir terhadap kuat tekan mortar
III. Peralatan dan Bahan
Peralatan :
· Mesin Tekan
· Kubus 5X5X5 cm
· spatula
Bahan :
· Semen
· Pasir
· air
IV.Prosedur Pelaksanaan
- Tentukan ukuran komposisi yang direncanakan
- Aduk di mesin pengaduk dengan langkah-langkah yang telah di tetapkan
- Bentuk benda uji dengan kubus ukuran 5 X 5 X 5 cm
- Diamkan selama 24 jam pada suhu lembab
- Buka benda uji lalu rendam dalam air selama 3 hari dan 7 hari
- Ambil benda uji dari bak perendam dan lap dengan menggunakan lap lembab
- Tentukan berat dan ukuran benda uji
- Letakan benda uji pada mesin tekan secara sentris
- Jalankan mesin dengan penambahan beban terutama berkisar antara 2 sampai 4 Kg/cm2 perdetik
Pembebanan ini dilakukan sampai batas maksimum dan catat hasilnya .
- Hitung kuat tekan dari benda uji tersebut .
V. Data-data hasil Perhitungan
No. | Berat(gram) | Berat isi (gram/cm2) | Luas Bidang Tekan | Tanggal | Umur (hari) | Beban (gr) | kekuatan tekan mortar(Kg/m2) | ||
Pembuatan | pengujian | ||||||||
1 | 263.08 | 2.10 | 25 | 08-11-2010 | 12-11-2010 | 3 | 162 | 6.48 | |
2 | 272.56 | 2.18 | 25 | 08-11-2010 | 12-11-2010 | 3 | 269 | 10.76 | |
3 | 263.02 | 2.10 | 25 | 08-11-2010 | 12-11-2010 | 3 | 205 | 8.2 | |
4 | | 0.00 | 25 | 08-11-2010 | 15-11-2010 | 7 | 247 | 9.88 | |
5 | 253.71 | 2.03 | 25 | 08-11-2010 | 15-11-2010 | 7 | 26 | 10.04 | |
6 | 260.45 | 2.08 | 25 | 08-11-2010 | 15-11-2010 | 7 | 215 | 8.6 |
VI. Kesimpulan
Kuat tekan mortar dipengaruhi oleh umur perendaman, karena pada umur 3 hari jika dirata-ratakan kuat tekan mortar nya adalah 8,48 kg/m2 sedangkan pada tujuh hari jika di rata-ratakan adalah 9,507 kg/m2
VII. Referensi
SNI 15-2049-1994
SUBJEK : II. PENGUJIAN AGREGAT
TOPIK : 1. Analisa Saringan Agregat Kasar (AK) & Agregat Kasar (AH)
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Maksud dari Pengujian aggregate ini adalah mengetahui mekanisme pengujian aggregate dalam analisa saringan aggregate kasar aggregate halus
b. Tujuan
o Mengenal alat yang akan digunakan dalam melakukan analisa saringan
o Mengenal jenis aggregate kasar dan aggregate halus
o Mengetahui berapa ukuran minimum aggregate kasar dan aggregate halus
II. Teori Dasar
Salah satu komposisi dasar campuran beton adalah agregat kasar dan agregat halus. Dalam campuran beton dibutuhkan agregat kasar dan agregat halus yang bagus, maka harus dilakukan pengujian agregat sehingga mendapatkan agregat yang sesuai. Agregat yang sesuai adalah agregat dalam kondisi SSD, setelah agregat dalam kondisi SSD, agregat perlu dilakukan analisa saringan, dalam hal ini analaisa saringan dimaksudkan untuk mengetahui MHB pada agregat, MHB adalah indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran suatu butir-butir agregat hal ini dimaksudkan untuk mengetahui besar kecil diameter suatu agregat yang dipakai untuk mencari perbandingan dari campuran agregat karena ukuran agregat juga mempengaruhi stabilitas beton.
III. Peralatan dan Bahan
a. Peralatan :
1. Cawan
2. Timbangan (gr)
3. Saringan, untuk aggregate kasar dengan ukuran:
(19 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0.6mm; 0.425 mm; 0.15mm; 0.075mm; pan)
4. Saringan, untuk aggregate halus dengan ukuran:
( 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,600 mm; 0,425 mm ; 0,15 mm ; 0,075 mm ; pan)
5. Mesin Penggetar (Electric Shieve shaker)
6. Density Spoon
b. Bahan :
~ Agregat Kasar (Split 3000 gram) ~ Agregat Halus (Pasir 500 gram)
IV. Prosedur Pelaksanaan Aggregate Kasar
1. Timbang berat cawan yang digunakan.
2. Saring agregat kasar dengan ukuran lolos 19 mm .
3. Timbang agregat kasar dengan beratnya 3000 gr di dalam cawan.
4. Masukkan agregat yang akan disaring ke dalam saringan, misalnya agregat kasar yang dimulai dengan ukuran 19 mm sampai pan.
5. Hidupkan mesin penggetar, kemudian susun saringan-saringan tersebut. Getarkan selama 15 menit.
6. Setelah selesai digetarkan, timbang berat agregat yang ada di dalam saringan.
V. Prosedur Pelaksanaan Aggregate Kasar
1. Timbang berat cawan yang digunakan.
- Timbang agregat halus atau pasir dengan berat bersih pasir 500 gr, letakkan di dalam cawan.
- Masukkan agregat yang akan disaring ke dalam saringan.
- Hidupkan mesin penggetar, kemudian susun saringan-saringan tersebut. Getarkan selama 15 menit.
- Setelah selesai digetarkan, timbang berat masing-masing agregat yang ada di dalam saringan.
VI. Data-Data Hasil Pengujian dan Perhitungan
Data Hasil Pengujian Agregat Kasar
Analisa saringan | ||||
Ukuran Saringan | berat tertahan(gram) | berat tertahan (%) | kumulatif % tertahan | % lolos |
19 | 0.00 | 0.00 | 0.00 | 100.00 |
9.5 | 200.03 | 6.67 | 6.67 | 93.33 |
4.75 | 843.11 | 28.10 | 34.77 | 65.23 |
2.36 | 1326.51 | 44.22 | 78.99 | 21.01 |
1.18 | 296.93 | 9.90 | 88.89 | 11.11 |
0.6 | 101.18 | 3.37 | 92.26 | 7.74 |
0.425 | 25.96 | 0.87 | 93.12 | 6.88 |
0.15 | 76.06 | 2.54 | 95.66 | 4.34 |
0.075 | 77.43 | 2.58 | 98.24 | 1.76 |
0 | 52.80 | 1.76 | 100.00 | 0.00 |
total | 3000 | 100 | - | - |
VII. Data-Data Hasil Pengujian dan Perhitungan
Data Hasil Pengujian Agregat Halus
Ukuran Saringan | berat tertahan(gram) | berat tertahan (%) | kumulatif % tertahan | % lolos |
4.75 | 0.00 | 0.00 | 0.00 | 100.00 |
2.36 | 3.12 | 0.62 | 0.62 | 99.38 |
1.18 | 1.07 | 0.21 | 0.84 | 99.16 |
0.6 | 68.04 | 13.61 | 14.44 | 85.56 |
0.425 | 98.65 | 19.73 | 34.17 | 65.83 |
0.15 | 303.65 | 60.73 | 94.90 | 7.30 |
0.075 | 19.80 | 3.96 | 98.86 | 1.14 |
0 | 5.70 | 1.14 | 100.00 | 0.00 |
total | 500.00 | | | |
VIII. Kesimpulan
· Aggregate Kasar
Berat tertahan maksimum dari aggregate kasar terdapat pada saringan ukuran 2.36 dan 1.18
· Aggregate Halus
ü Ukuran maksimum aggregate halus adalah 2.36 mm
ü Berat tertahan yang banyak terdapat pada ukuran 0.15
IX. Referensi
· ASTM D 4791-95
SUBJEK : II. Pengujian Agregat
TOPIK : 3. BJ dan Penyerapan Agregat Kasar
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Untuk mengetahui berat jenis pada agregat baik buruk, semu maupun efektif. Hasil dari pemeriksaan ini sangat berguna untuk pengujian-pengujian lain, seperti, kuat tekan aspal. Berat jenis sangat menentukan kadar-kadar agregat pada suatu pembuatan benda uji.
b. Tujuan
o Mengetahui Berat jenis aggregate kasar
o Mengetahui kadar penyerapan aggregate kasar
II. Teori Dasar
Cara uji penyerapan air agregat kasar dan halus ini dimaksudkan untuk memberi tuntunan dan arahan bagi para pelaksana di laboratorium dalam melakukan pengujian air agregat kasar dan halus. Cara uji ini memuat ruang lingkup, peralatan, pengambilan contoh dan persiapan contoh uji, langkah kerja, perhitungan, laporan, ketelitian dan penyimpangan. Dalam pelaksanaannya berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya digunakan dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran yang mengandung agregat termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut. Berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi jenuh kering permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan basah yaitu pada kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi kering oven digunakan untuk menghitung ketika agregat dalam keadaan kering atau diasumsikan kering. Berat jenis semu (apparent) adalah kepadatan relatif dari bahan padat yang membuat partikel pokok tidak termasuk ruang pori di antara partikel tersebutdapat dimasuki oleh air.
Angka penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat akibat air yang menyerap ke dalam pori di antara partikel utama dibandingkan dengan pada saat kondisi kering, ketika agregat tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air sehingga air telah menyerap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah merendam agregat yang kering ke dalam air selama (24+4) jam. Agregat yang diambil dari bawah muka air tanah akan memiliki penyerapan yang lebih besar apabila digunakan, bila tidak dibiarkan mengering. Sebaliknya, beberapa jenis agregat apabila digunakan mungkin saja mengandung kadar air yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kondisi terendam selama (24+4) jam. Untuk agregat yang telah kontak dengan air dan terdapat air bebas pada permukaan partikelnya, persentase air bebasnya dapat ditentukan dengan mengurangi penyerapan dari kadar air total yang ditentukan dengan cara uji AASHTO T 255.
Prosedur umum yang digambarkan dalam cara uji ini cocok untuk digunakan dalam menentukan penyerapan agregat yang dikondisikan dengan cara uji yang berbeda dengan perendaman selama (24+4) jam, seperti penggunaan pompa hampa udara atau kondisi air.
III. Peralatan dan Bahan
Alat:
1. Cawan
2. Density Spoon
3. Gelas Ukur
4. Timbangan (gr)
5. Gelas Ukur
6. Saringan, dengan ukuran:
(25 mm dan 12,5 mm)
7. Oven
Bahan:
~ Agregat Kasar (lolos saringan 25 mm) = 500 gr
~ Agregat Sedang (lolos saringan 12,5 mm) = 500 gr
IV. Prosedur Pelaksanaan
Cara Pengujian AK
1. Timbang berat cawan yang digunakan.
2. Saring agregat kasar dengan ukuran lolos 25 mm dan agregat sedang yang lolos 12,5 mm.
3. Timbang agregat kasar dan sedang masing-masing 500 gr, letakkan di dalam cawan.
4. Cuci bersih agregat-agregat tersebut.
5. Masukkan dalam Oven sampai dapat berat konstan.
6. Rendan masing-masing agregat dengan air hingga kurang lebih 24 jam.
7. Setelah waktu perendaman selesai, agregat di lap.
8. Timbang piknometer kosong.
9. Timbang piknometer yang telah dimasukkan masing-masing agregat.
10. Masukkan air ke dalam piknometer yang berisi agregat sampai pembacaan ukuran 1000 ml pada piknometer.
11. Keluarkan air dan agregat, timbang air saja di dalam piknometer sampai 1000 ml.
V. Data-Data Hasil Perhitungan
Pengujian | Satuan | 1 | 2 | Rata-rata |
Berat gelas ukur + batu pecah + air (B1) | Gram | 914.35 | 892.03 | - |
Berat gelas ukur + air (B3) | Gram | 637.12 | 637.12 | - |
Berat benda uji kering oven (B2) | Gram | 418.23 | 373.10 | - |
Berat benda uji SSD 500 | Gram | 424.92 | 383.43 | - |
Berat jnis kering = B2/B3+500-B1 | | 2.83 | 2.90 | 2.87 |
Berat jenis SSD = 500/B3+500-B1 | | 2.88 | 2.98 | 2.93 |
Penyerapan = 500-B2/B2 x 100 % | | 1.60 | 2.77 | 2.18 |
VI . Kesimpulan
Dari hasil pengujian di Laboratorium dapat disimpulkan bahwa nilai dari BJ kering , BJ jenuh didapat lebih besar dari 2 dan lebih kecil dari 3.
VII. Referensi
SUBJEK : II. Pengujian Agregat
TOPIK : 4. BJ dan Penyerapan Agregat Halus
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Untuk mengetahui berat jenis pada agregat baik bulk, semu maupun efektif. Hasil dari pemeriksaan ini sangat berguna untuk pengujian-pengujian lain, seperti, kuat tekan aspal. Berat jenis sangat menentukan kadar-kadar agregat pada suatu pembuatan benda uji.
b. Tujuan
o Mengetahui berat jenis aggregate halus
o Mengetahui kadar penyerapan aggregate halus
II. Teori Dasar
Cara uji penyerapan air agregat kasar dan halus ini dimaksudkan untuk memberi tuntunan dan arahan bagi para pelaksana di laboratorium dalam melakukan pengujian air agregat kasar dan halus. Cara uji ini memuat ruang lingkup, peralatan, pengambilan contoh dan persiapan contoh uji, langkah kerja, perhitungan, laporan, ketelitian dan penyimpangan. Dalam pelaksanaannya berat jenis curah adalah suatu sifat yang pada umumnya digunakan dalam menghitung volume yang ditempati oleh agregat dalam berbagai campuran yang mengandung agregat termasuk beton semen, beton aspal dan campuran lain yang diproporsikan atau dianalisis berdasarkan volume absolut. Berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi jenuh kering permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan basah yaitu pada kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis curah yang ditentukan dari kondisi kering oven digunakan untuk menghitung ketika agregat dalam keadaan kering atau diasumsikan kering. Berat jenis semu (apparent) adalah kepadatan relatif dari bahan padat yang membuat partikel pokok tidak termasuk ruang pori di antara partikel tersebutdapat dimasuki oleh air.
Angka penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat akibat air yang menyerap ke dalam pori di antara partikel utama dibandingkan dengan pada saat kondisi kering, ketika agregat tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air sehingga air telah menyerap penuh. Standar laboratorium untuk penyerapan akan diperoleh setelah merendam agregat yang kering ke dalam air selama (24+4) jam. Agregat yang diambil dari bawah muka air tanah akan memiliki penyerapan yang lebih besar apabila digunakan, bila tidak dibiarkan mengering. Sebaliknya, beberapa jenis agregat apabila digunakan mungkin saja mengandung kadar air yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kondisi terendam selama (24+4) jam. Untuk agregat yang telah kontak dengan air dan terdapat air bebas pada permukaan partikelnya, persentase air bebasnya dapat ditentukan dengan mengurangi penyerapan dari kadar air total yang ditentukan dengan cara uji AASHTO T 255.
Prosedur umum yang digambarkan dalam cara uji ini cocok untuk digunakan dalam menentukan penyerapan agregat yang dikondisikan dengan cara uji yang berbeda dengan perendaman selama (24+4) jam, seperti penggunaan pompa hampa udara atau kondisi air.
III. Peralatan dan Bahan
Peralatan:
1. Cawan
· Density Spoon
· Piknometer
· Timbangan (gr)
· Gelas Ukur
· Oven
Bahan:
~ Agregat Halus (Pasir) = 500 gr
~ Air
IV. Data-Data Hasil Penelitian dan Perhitungan
Pengujian | Satuan | 1 | 2 | Rata-rata |
Berat piknometer + pasir + air (B1) | Gram | 1574.91 | 1587.53 | - |
Berat piknometerr + air (B3) | Gram | 1273.73 | 1287.62 | - |
Berat benda uji kering oven (B2) | Gram | 481.10 | 483.43 | - |
Berat benda uji SSD 500 | Gram | 500.00 | 500.00 | - |
Berat jnis kering = B2/B3+500-B1 | | 2.42 | 2.42 | 2.42 |
Berat jenis SSD = 500/B3+500-B1 | | 2.51 | 2.50 | 2.51 |
Penyerapan = 500-B2/B2 x 100 % | | 3.93 | 3.43 | 3.68 |
V . Kesimpulan
Dari hasil pengujian di Laboratorium didapat nilai BJ kering , BJ jenuh dan pada pasir lebih besar dari 2 dan lebih kecil dari 3 .
VI. Referensi
c. ASTM D 4791-95
SUBJEK : II. Pengujian Agregat
TOPIK : 5. Menentukan Bobot Isi Agregat Kasar Gembur dan Padat
6. Menentukan Bobot Isi Agregat Halus Gembur dan Padat
I . Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Pengujian ini bermaksud untuk mengetahui bobot isi aggregate kasar gembur dan boboit isi aggregate halus gembur dan padat
b. Tujuan
1. Menerangkan prosedur pelaksanaan penemuan bobot isi agregat .
2. Membuktikan kebenaran hasil rancangan perhitungan bobot isi agregat sesuai dengan kenyataan , sekaligus dapat mengoreksinya jika tidak tepat.
3. Menggunakan peralatan yang dipakai .
II. Teori Dasar
Perbedaan berat isi dan berat jenis adalah dari volumenya. Berat jenis adalah perbandingan antara berat benda dengan dengan volume mutlak dari benda itu sendiri, sedangkan berat isi adalah perbandingan antara berat benda (agregat) berbanding dengan volume alat.
Pengujian berat isi pada agregat berguna untuk mengkonversi dari satuan berat ke satuan volume. Dalam merancang campuran beton komposisi bahan ditentukan dalam satuan berat. Pada waktu membuat beton di lapangan dengan komposisi berat kurang praktis, biasanya di lapangan menggunakan komposisi perbandingan yaitu dengan takaran (volume). Untuk mengkonversi dari komposisi satuan berat ke komposisi satuan volume digunakan angka berat isi.
Berat isi pada agregat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat jenis, gradasi agregat, bentuk agregat, diameter maksimum agregat. Dalam SII No. 52 – 1980, berat isi untuk aggregat beton disyaratkan harus lebih dari 1.2 Kg/liter.
III . Peralatan dan Bahan
- Peralatan
- Bejana silinder
- Density spoon
- Batang penumbuk baja
- Cawan
- Timbangan
- Bahan
· Agregat kasar : Batu pecah
· Agregat halus : Pasir
IV . Prosedur Pelaksanaan
1. Gembur
1. Ukur diameter dan tinggi silinder (cm) lalu timbang beratnya (gram) kemudian hitung volumenya (cm) .
2. Masukan agregat kasar (batu pecah) kedalam bejana silinder sampai penuh dan ratakan (jangan diguncang atau diketuk),kemudian timbang.
3. Ulangi pekerjaan NO. 2 sampai 3x
2. Padat
1. Ukur diameter dan tinggi silinder (cm) lalu timbang beratnya (gram) kemudian hitung volumenya (cm) .
2. Masukan agregat halus (pasir) kedalam bejana silinder yang lain (bejana silinder yang sama setelah selesai meneliti agregat kasar) dalam 3 lapisan setiap lapis ditumbuk 25 kali kemudian ditimbang .
3. Ulangi pekerjaan NO. 2 sampai 3 kali
V. Data-Data Hasil Perhitungan
Keadaan gembur
| Aggregate halus | I | II | III |
berat wadah | | 843.94 | 843.94 | 843.94 |
berat wadah+aggregate | | 3427 | 3420 | 3428 |
berat aggregate | | 2583.06 | 2576.06 | 2584.06 |
ukuran wadah | t | 18.2 | 18.2 | 18.2 |
d | 11.61 | 11.61 | 11.61 | |
Volume | | 1925.77 | 1925.77 | 1925.77 |
Bobot isi= | | 1.34 | 1.34 | 1.34 |
| | 1.34 | ||
Aggregate kasar | | | ||
| | I | II | III |
berat wadah | | 2205 | 2205 | 2205 |
berat wadah+aggregate | | 5737 | 5869 | 6032.5 |
berat aggregate | | 3532 | 3664 | 3827.5 |
ukuran wadah | t | 15.02 | 15.02 | 15.02 |
d | 14.88 | 14.88 | 14.88 | |
Volume | | 2610.63 | 2610.63 | 2610.63 |
Bobot isi= | | 1.35 | 1.40 | 1.47 |
| | 1.41 |
Keadaan Padat
Aggregate halus | | I | II | III |
berat wadah | | 843.94 | 843.94 | 843.94 |
berat wadah+aggregate | | 3646 | 3688 | 3684 |
berat aggregate | | 2802.06 | 2844.06 | 2840.06 |
ukuran wadah | t | 18.2 | 18.2 | 18.2 |
d | 11.61 | 11.61 | 11.61 | |
Volume | | 1925.77 | 1925.77 | 1925.77 |
Bobot isi= | | 1.46 | 1.48 | 1.47 |
| | 1.47 | ||
Aggregate kasar | | | ||
| | I | II | III |
berat wadah | | 2205 | 2205 | 2205 |
berat wadah+aggregate | | 6520 | 6462 | 6662 |
berat aggregate | | 4315 | 4257 | 4457 |
ukuran wadah | t | 15.02 | 15.02 | 15.02 |
d | 14.88 | 14.88 | 14.88 | |
Volume | | 2610.63 | 2610.63 | 2610.63 |
Bobot isi= | | 1.65 | 1.63 | 1.71 |
| | 1.66 |
VI . Kesimpulan
Bobot isi yang didapat dari hasil pengujian pada masing-masing keadaan adalah:
Pasir gembur = 1.34
Pasir padat = 1.47
Batu pecah gembur = 1.41
Batu pecah padat = 1.66
VII. Referensi
1. PC – 0102 - 76
2. ASTM C – 138 71 T
SUBJEK : II. Pengujian Agregat
TOPIK : 7. Kekerasan Agregat Kasar
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Setelah akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat menentukan agregat kasar untuk pembuatan suatu konstruksi beton berdasarkan kekerasannya.
b. Tujuan
Setelah akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menerangkan prosedur pelaksanaan pengujian kekerasan agregat kasar dengan menggunakan bejana tekan ( berdasarkan standar British )
2. Menentukan sifat keras terhadap daya hancur dari agregat kasar
3. Menggunakan peralatan yang diperlukan
II. Teori Dasar
Untuk memeriksa agregat kasar ,kerikil alam dan batu pecah dilakukan sama seperti pengujian pada pasir ditambah dengan pemeriksaan kekerasan dan ketahanan aus.
a) Pemeriksaan Kekerasan kerikil dilakukan dengan bejana Rudellof, bagian yang hancur ( tembus ayakan 2 mm) tidak boleh lebih dari 30 %
b) Pemeriksaan ketahanan aus dilakukan dengan mesin uji aus “ LOS ANGELES”, bagian yang hancur tidak boleh lebih dari 50 %.
c) Pemeriksaan Berat Jenis dan Daya Serap Air Agregat kasar.
III. Peralatan dan Bahan
1. Peralatan
- Timbangan ( gr )
- Oven Pengering
- Ayakan Standar
- Bejana Silinder lengkap stempelnya
- Batang Pemadat
- Mesin Penekan
2. Bahan
Agregat kasar ( split ) yang akan diuji dalam keadaan jenuh air kering permukaan atau dalam keadaan kering yaitu dengan mengeringkannya dalam oven pada suhu 110 ± 50 selama 4 jam.
IV. Prosedur Pelaksanaan
1. Saring agregat kasar dengan susunan angka 12,5 mm dan 9,5 mm
2. Masukan agregat dengan fraksi 12,5 mm-9,5 mm kedalam bejana setinggi 10cm dalam 3 lap yang masing-masing lapisan dipadatkan sebanyak 25x dengan batang baja.
3. Ratakan permukaan agregat
4. Keluarkan benda uji dari bejana dan timbang beratnya ( gr )
5. Lakukan pekerjaan no 2 dan 3sekali lagi
6. Letakkan stempel penekan didalam bejana
7. Tekan bejana berikut stempelnya dengan tekan 40 KN yang dicapai dalam waktu 10 menit
8. Setelah penekan keluarkan benda uji dari dalam bejana
9. Saring benda uji yang telah ditekan dengan saringan 9,5 mm
10. Timbang berat benda uji yang tahan diatas ayakan 9,5 mm ( B gr )
11. Hitung % benda uji yang menembus lubang ayakan 9,5 mm
V. Data-Data Hasil Perhitungan
Benda uji yang menembus lubang ayakan 9,5 mm = A – B x 100%
A
Tertahan 12,5 mm = 1500 gr
Tertahan 9,5 mm = 1500 gr
Campuran = 3000 gr
Lolos saringan 2.36 mm = 55,55 gr
Tertahan saringan 2.36 mm = 2944.45 gr
Kekerasan = = 1.852 %
VI. Kesimpulan
Dari hasil pengujian kekerasan yang didapat yaitu sebesar 1.852 < 30%. Jadi, keausan tersebut memenuhi syarat untuk pembuatan beton.
VII. Referensi
1. BS 812 : Part 3 : 1975
SUBJEK : II. Pengujian Agregat
TOPIK : 8. Keausan Agregat Kasar
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Setelah akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat menentukan agregat kasar untuk pembuatan suatu konstruksi beton berdasarkan kekerasannya.
b. Tujuan
Setelah akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menerangkan prosedur pelaksanaan pengujian kekerasan agregat kasar dengan menggunakan bejana tekan ( berdasarkan standar British )
2. Menentukan sifat keras terhadap daya hancur dari agregat kasar
3. Menggunakan peralatan yang diperlukan
II. Teori Dasar
Untuk memeriksa agregat kasar ,kerikil alam dan batu pecah dilakukan sama seperti pengujian pada pasir ditambah dengan pemeriksaan kekerasan dan ketahanan aus.
a) Pemeriksaan Kekerasan kerikil dilakukan dengan bejana Rudellof, bagian yang hancur ( tembus ayakan 2 mm) tidak boleh lebih dari 32 %
b) Pemeriksaan ketahanan aus dilakukan dengan mesin uji aus “ LOS ANGELES”, bagian yang hancur tidak boleh lebih dari 50 %.
c) Pemeriksaan Berat Jenis dan Daya Serap Air Agregat kasar.
III. Peralatan dan Bahan
1. Peralatan
- Timbangan ( gr )
- Oven Pengering
- Ayakan Standar
- Bejana Silinder lengkap stempelnya
- Bola-Bola baja
2. Bahan
Agregat kasar ( batu pecah ) yang akan diuji dalam keadaan jenuh air kering permukaan atau dalam keadaan kering yaitu dengan mengeringkannya dalam oven pada suhu 110 ± 50 selama 4 jam.
IV. Prosedur Pelaksanaan
1. Saring agregat kasar dengan susunan angka 6,3 mm dan 4,75 mm
2. Masukan agregat dengan fraksi 6,3 mm - 4,75 mm kedalam mesin Los Angeles
3. Masukkan bola-bola yang merupakan bagian dari mesin sebanyak 8 buah
4. Putarkan mesin sebanyak 100 putaran
5. Keluarkan aggregate lalu ayak dengan saringan 2.36 mm
6. Timbang aggregate yang lolos saringan 2.36 mm
V. Data-Data Hasil Perhitungan
Keausan =
Tertahan 6,3 mm = 2500 gr
Tertahan 4,75 mm = 2500 gr
Campuran = 5000 gr
Lolos saringan 2.36 mm = 241,16 gr
Tertahan saringan 2.36 mm = 4758.84 gr
Keausan = = 4.8232 %
VI. Kesimpulan
Jadi, keausan yang didapat = 4.8232 %
VII. Referensi
1. BS 812 : Part 3 : 1975
SUBJEK : III. Pengujian Beton
TOPIK : 1. Slump Test
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Setelah akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat menentukan batas slump test pada beton yang dibuat.
b. Tujuan
Setelah akhir pelajaran mahasiswa diharapkan dapat :
- Mengetahui prosedur dan langkah kerja pengujian slump test
- Mengetahui seberapa besar penurunan mortar dalam pengujian
I. Peralatan dan Bahan
1. Peralatan
· Kerucut terpancung
· Penumbuk
· Mistar
2. Bahan
· Beton segar
II. Prosedur Pelaksaan
1. Masukkan beton segar kedalam kerucut sebanyak 1/3 kerucut.
2. Padatkan beton yang telah dimasukkan dengan cara menumbuknya sebanyak 25x dengan alat penumbuk.
3. Masukkan kembali beton hingga 2/3 kerucut.
4. Lakukan hal yang sama pada no. 2
5. Masukkan lagi beton hingga memenuhi kerucut dan lakukan hal no. 2
6. Ratakan beton sampai penuh pada kerucut tersebut.
7. Angkat kerucut, lalu ukurlah penurunan beton dengan mistar dari tinggi kerucut semula.
8. Apabila penurunan belum memenuhi slump test yang telah ditentukan, maka lakukan kembali pengadukan beton dengan menambahkan air dengan perhitungan.
III. Data Hasil Pengujian
Penurunan beton yang didapat yaitu 65mm.
IV. Kesimpulan
Slump yang didapat yaitu sebesar 65mm memenuhi syarat untuk pembuatan beton K250 karena sama dengan slump yang telah ditentukan sebelumnya dengan kondisi-kondisi yang telah diperhitungkan.
V. Reverensi
SUBJEK : III. Pengujian Beton
TOPIK : 2. Pemeriksaan Bobot Isi Beton Segar
I. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Mahasiswa diharapkan dapat menghitung boboi isi beton yang telah dibuat.
b. Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat:
- Mengetahui dasar-dasar pelaksanaan dan langkah kerja pemeriksaan bobot isi beton segar
- Mengetahui hasil bobot beton yang diuji dan dapat menerapkan dalam pekerjaan beton.
II. Peralatan dan Bahan
1. Peralatan
· Tabung Silinder
· Timbangan
· Penumbuk
· Density Spoon
· Spatula
2. Bahan
· Beton segar
III. Prosedur Palaksanaan
1. Ukur tabung silinder yang akan digunakan.
2. Timbang silinder tersebut
3. Masukkan beton segar sebanyak 1/3 bagian tabung silinder
4. Tumbuk beton yang telah dimasukkan sebanyak 25x
5. Masukkan lagi beton sebanyak 2/3 tabung silinder dan lalukan hal no.2
6. Masukkan kembali beton segar hinnga penuh dan lakukan hal yang sama seperti no. 2
7. Timbang beton tabung silinder beserta beton tang telag dimasukkan ke dalamnya.
IV. Data Hasil Pengujian
Deskripsi | | Berat | satuan |
BERAT BETON + CAWAN | | 20430,00 | gram |
BERAT CAWAN | | 5220,00 | gram |
BERAT BETON | | 15210,00 | gram |
UKURAN SILINDER | T | 22,50 | cm |
D | 20,40 | cm | |
VOLUME SILINDER | | 7350,43 | cm3 |
BOBOT ISI BETON | | 2,07 | gr/cm3 |
Konversi | | 2069,27 | kg/m3 |
V. Kesimpulan
Bobot beton yang didapat dari hasil pengujian adalah 2069.27 kg/m3
VI. Reverensi
SUBJEK : III. Pengujian Beton
TOPIK : 1. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
I . Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Mahasiswa diharapkan dapat membuat beton sesuai dengan rancangan beton yang diinginkan .
b. Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menerangkan prosedur pemeriksaan kuat tekan beton
2. Mengaduk beton secara maksimal
3. Membuat benda uji untuk pemeriksaan kuat tekan beton .
4. Melakukan proses pemotongan ( cutting ) dari benda uji setelah dibuka dari cetakan
5. Menggunakan peralatan yang dipakai.
II. Teori Dasar
Kuat tekan beton merupakan faktor yang utama dan penting untuk diperhatikan di dalam pelaksanaan pengecoran dilapangan. Yang kemudian akan saya garis bawahi adalah terkait umur beton dan kuat tekan karakteristik yang dimilikinya pada umur tersebut. Rata-rata, beton mencapai kekuatan tekan karakteristik rencananya pada umur 28 hari. Pada umur tersebut kuat tekan karakteristik beton mencapai kekuatan rencananya.Dibawah ini adalah grafik hubungan antara umur beton dengan faktor kuat tekannya. Pada peraturan beton (PBI 1971), hanya dimunculkan faktor kekuatan pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
Mengetahui kekuatan tekan beton karakteristik ini penting, mengingat pada proyek konstruksi, uji tekan sample beton dilapangan terkadang dites tidak tepat pada umurnya (baca: 28 hari), sehingga perlu dilakukan pengkoreksian dengan menggunakan faktor kekuatan untuk kemudian diketahui apakah pada umur tersebut kekuatan karakteristinya memenuhi atau tidak.
- Pengujian pada umur 3 hari –> 37 Mpa x 0,4 = 14,8 Mpa
- Pengujian pada umur 7 hari –> 37 Mpa x 0,65 = 24,05 Mpa
- Pengujian pada umur 10 hari –> 37 Mpa x 0,77 = 28,49 Mpa
- Pengujian pada umur 18 hari –> 37 Mpa x 0,91 = 33,67 Mpa
Jadi, fungsi faktor kekuatan tersebut adalah mengetahui kesesuaian kekuatan tekan karakteristik rencana dengan umur pada saat sample tersebut di tes.
III . Peralatan dan Bahan
- Peralatan
- Mesin penekan
- Meja penggetar
- Cetakan beton
- Tongkat pemadat
- Mistar
- Timbangan
- Bahan
Adukan beton untuk pembuatan benda uji harus diambil langsung dari mesin pengaduk dengan menggunakan peralatan yang tidak menyerap air . Adukan beton harus diaduk lagi sebelum diisikan kedalam cetakan .
IV . Prosedur Pelaksanaan
- Pembuatan benda uji
- Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis , setiap lapis berisi kira – kira ⅓ isi cetakan . Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata .
Perhatikan !
Jika pemadatannya dilakukan dengan menggunakan vibrator
penggetar , baik itu internal vibrator atau meja getar , pengisian
adukan beton kedalam cetakan dilakukan sekaligus .
Penggetaran dihentikan apabila permukaan adukan beton nampak
mengkilap oleh air semen dan udara tidak ada yang keluar dari
adukan beton .
- Ratakan permukaan beton .
- Biarkan beton dalam cetakan selama ± 24 jam dan letakan pada tempat yang bebas getaran serta ditutup oleh bahan yang kedap air
- Setelah 24 jam , bukalah cetakan dan keluarkan benda uji .
- Rendam benda uji dalam bak yang berisi air agar proses pemotongan (cuting) beton berlangsung dengan baik , maka perendaman ini dilakukan sampai batas waktu pengujian kuat tekan
- Penekanan benda uji
- Ambil benda uji dari bak perendam dan lap dengan menggunakan lab lembab .
- Tentukan berat dan ukuran benda uji
Perhatian !
Jika benda ujinya berbentuk silinder , sebelum benda uji tersebut ditekan harus diberi lapisan mortar / semen / belerang dipermukaan atas dan bawah setebal 4 mm , untuk meratakan permukaan bidang tekan .
- Letakan benda uji pada mesin tekan secara sentris
- Jalankan mesin dengan penambahan beban terutama berkisar antara 2 sampai 4 Kg/cm2 perdetik
Pembebanan ini dilakukan sampai batas maksimum dan catat hasilnya .
- Hitung kuat tekan dari benda uji tersebut .
V. Data-Data Hasil Perhitungan
Perencanaan beton normal
No | Uraian | Tabel/Grafik/Perhitungan | Nilai | Keterangan | |
1 | Kuat tekan rencana ( fc') | | 25 | Mpa | |
2 | Deviasi standar (s) | Tabel 2 atau Tabel 1 | 8.5 | Mpa | |
3 | Nilai tambah m = 1,64 x s | | 13.94 | Mpa | |
4 | Kuat tekan rata-rata target f'cr= fc' +m | | 38.94 | Mpa | |
5 | Jenis semen | | | | |
6 | Jenis Agregat: halus | | | | |
| kasar | | silinder | kubus | |
7 | Faktor air semen | Tabel 4/Gambar 1 atau 2 | 0.49 | 0.54 | |
| | | | | terkecil |
8 | Faktor air semen maksimum | Tabel 5/6/7 | 0.55 | | |
9 | Slump | Tabel 8 | 65.00 | mm | |
10 | Ukuran agregat maksimum | analisa saringan | 95.00 | mm | |
11 | Kadar air bebas | Tabel 9 | 233.25 | kg/m3 | |
12 | Jumlah semen | (11)/(8) atau (11)/(7) | 476.02 | 431.94 | kg/m3 |
13 | Jumlah semen maksimum | | | | Diabaikan jika tdk ditetapkan |
14 | Jumlah semen minimum | Tabel 5,6 dan 7 | 325.00 | pakai bila> (12), lalu hitung (15) | |
15 | Faktor air semen yang disesuaikan | | | | |
16 | Susunan besar butir agregat halus | Gambar 3 | zona IV | zone gradasi | |
17 | Persen agregat halus | Gambaf 4a/4b/4c | 0.35 | 0.36 | |
18 | Berat jenis relatif agregat (SSD) | | 2.73 | 2.75 | |
19 | Berat jenis beton | Gambar 5 | 2380.00 | kg/m3 | |
20 | Kadar agregat gabungan | (19)-(12)-(1 1) | 1670.73 | 1714.81 | kg/m3 |
21 | Kadar agregat halus | (17)x(20) | 584.76 | 617.33 | kg/m4 |
22 | Kadar agregat kasar | (20)-(21) | 1085.97 | 1097.48 | kg/m5 |
No | Berat | Kuat tekan |
1 | 8,026 kg | 405 |
2 | 8,033 kg | 385 |
3 | 8,026 kg | 390 |
Kuat tekan dilakukan setelah beton berumur tiga hari.
Untuk kuat tekan beton 28 hari :
No | Berat | Kuat tekan(kg/cm2) | (X-)2 |
1 | 8,026 kg | 450 | 177,778 |
2 | 8,033 kg | 427,5 | 84,028 |
3 | 8,026 kg | 432,5 | 17,361 |
Rata-rata | 436,667 | 279,167 |
STANDARD DEVIASI
σ = ==11,814
Fc’ = K. Target – 1,64 (standard deviasi)
= 436,667 – 1,64. 11,84
= 417,249 kg/m2
VI. Kesimpulan
Dari data yang di peroleh dan direncanakan memiliki data yang berbeda yaitu pada di rencanakan menginginkan kuat tekan beton 250 kg/m2, akan tetapi pada kenyataan berdasarkan perhitungan dengan rumus yang ada kuat tekan di hasilkan adalah 417,249 kg/m2. hal ini di sebabkan oleh adanya penambahan material pada saat pengadukan, material tambahan nya adalah semen. Semen ditambahkan pada saat pengadukan dikarenakan adukan atau campuran beton tidak memiliki slump yang di rencanakan.
Dari kegiatan ini dapat di simpulkan bahwa yang membuat kuat tekan yang bagus adalah di dominasi oleh semen portland.
VII. Referensi
- PC – 0103 – 76
- ASTM C – 617 – 71